Minggu, 18 Desember 2011

CITRA NEGATIF KABURKAN CITRA POSITIF KLUB MOTOR

 Motor merupakan salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia dan jumlah sepeda motor bertambah tiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan bertambahnya komunitas motor beserta pro dan kontra yang menyelimuti klub motor itu sendiri.
 Keberadaan klub motor dapat mempengaruhi citra Jogjakarta sebagai kota pariwisata. Citra negatif klub motor dapat ditimbulkan oleh ketidaknyamanan yang terjadi sesama pengguna jalan. Salah satu bentuk ketidaknyamanan yang terjadi sering kali berakhir menjadi sebuah konflik antar pengguna jalan. Salah satu pengalaman yang pernah dialami Bagaskara Purbaya,mahasiswa Fakultas Mesin salah satu PTN di Jogjakarta, melibatkan salah satu klub motor dan penggendara roda empat. Citra negatif klub motor masih tergambar jelas di benaknya walaupun insiden yang dialaminya sempat menimbulkan kericuhan dapat berakhir damai. “Klub motor itu seperti bisa menghakimi orang yang berurusan dengan dia,” seraya menambahkan bahwa dengan jumlah anggota yang banyak dapat berlaku main hakim sendiri. Anarkisme adalah salah satu citra negatif yang terpatri dalam benak masyarakat mengenai klub motor. Ia menambahkan tindakan anarkis klub motor Jogja cukup rendah dibandingkan dengan kota besar lainnya. “Klub motor Jogja itu untuk skala anarkis terbilang wajar dibanding kota-kota besar lainnya,” ujarnya.
 Jogja Suzuki Hyperunderbone Community (JSHC) merupakan salah satu contoh klub motor yang ada di Jogjakarta. JSHC terbentuk dari keisengan beberapa orang yang membentuk suatu komunitas sebagai wadah penyalur hobi. Seiring berjalannya waktu anggota komunitas ini pun bertambah dari beberapa orang menjadi puluhan orang. Salah satu kegiatan komunitas ini adalah melakukan kopi darat (gathering) di depan salah satu penyedia jasa layanan komunikasi di Jalan Mangkubumi. Citra negatif masyarakat mengenai klub motor disadari oleh komunitas ini. Salah satu anggota JSHC, Dhemon Heriyoga menyatakan bahwa sikap berkendara anggota komunitas cenderung ugal-ugalan. ”Saya tidak menyangkal hal tersebut namun patut digarisbawahi sikap anggota terbentuk berdasarkan komunitas motor masing-masing, ” ujarnya. Beberapa cara ditempuh komunitas ini untuk menghilangkan citra negatif yang ada. Pelaksanaan kegiatan sosial di lokasi korban Merapi dan pantai asuhan merupakan salah satu cara yang pernah mereka lakukan. Cara menghilangkan citra negatif tidak harus dalam bentuk bakti sosial tetapi dari hal kecil terlebih dahulu.“Ya, paling tidak membersihkan sampah di sekitar tempat tongkrongan aja, mas,” tambahnya.
 Sementara di tempat terpisah Kanit Lantas Polsek Umbulharjo, AKP Waris Sujarwo menyatakan bahwa klub motor mempunyai sisi positif dan negatif. “Nilai positifnya dia teroganisir sehingga kerawanan geng motor bisa terdeteksi,” kata AKP Waris seraya menyebutkan, etika berlalu lintas yang sering dilanggar klub motor sebagai nilai negatif. Ia menilai kegiatan klub motor sejauh ini masih dalam koridor yang cukup baik. Salah satu indikasi positif klub motor di Jogjakarta adalah belum pernah terjadinya perkelahian antar klub motor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar